Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University ( III )

21.8.10
Cerita Ketiga Saya: Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi:

"Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka
suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan
semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin
setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir
saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila
jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya
harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan
untuk membantu membuat keputusan besar.
Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada.
Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari
jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki
apa-apa.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani

scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor
pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan
kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati.
Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan.

Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya,
yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati.
Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit
segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda.
Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.

Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut.

Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor.

Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana , mengatakan bahwa ketika

melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa
jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi
dengan operasi.

Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya

dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.
Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun
tidak ingin mati dulu untuk mencapainya.

Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan,

memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.
Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda.
Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang

lain.
Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain.
Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata
hati Anda.
Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi
Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan.
Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole

Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya.
Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak
jauh dari sini di Menlo Park , dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan
sentuhan puitisnya.
Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi
semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid.

Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran

Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth
Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir.
Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda.
Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi
hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang.

Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas.

SelaluMerasa Bodoh/ Jangan merasa pintar).
Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka.
Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu.
Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya
harapkan Anda juga begitu.
Stay Hungry. Stay Foolish.